Selasa, 17 Januari 2017

Softskill 3 - Rangkuman bab 3 dan bab 4 Buku Digital Forensik

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Telematika


Nama Kelompok :


Agus Dwi Cahyadi (10113371)
Fahmi Akbar Krissanto (13113070)
Muhammad Azzohabi (15113850)
Prayoga Pratama (16113903)
Riyan Eka Purnomo (17113857)

Bab 3 Metode Komputer Forensic


Metode computer forensic adalah metode untuk computer forensic. Metode ini menjelaskan tentang langkah – langkah seperti pengumpulan pengujian analisis laporan.
Permodelan forensic ada 3 :
  1. Manusia 
  2. Peralatan
  3. Aturan

Ahli computer forensic disebut investigator. Infestigator memiliki 3 peran :
  1. Computer forensic examiner
  2. Computer investigator
  3. Digital evidence collection spesialis

Di antara ketiga komponen computer forensic, aturan (protocol) memegang peranan paling penting. Protokol ditetapkan sebagai aturan dalam menggali,mendapatkan,menganalisis,dan akhirnya menyajikan dalam laporan – laporan.
Ada 4 fase dalam computer forensic
  1. Pengumpulan
  2. Pengujian
  3. Analisis
  4. Laporan

Buku ini memberi contoh dari form yang digunakan pada computer forensic. Form form yang digunakan dirancang sangat sederhana dapat memuat beberapa item sekaligus dan tergantung pada kebutuhan dan kepentingan.



Bab 4 Standarisasi Komputer Forensik


Standar pada umumnya harus mendasari seluruh aktivitas dalam forensic, yaitu :
  1. Pendefinisian
  2. Prinsip kerja
  3. Proses dan metode
  4. Hasil
  5. Bahasa dan istilah

Komponen tersebut harus bisa menjawab masalah inkompatibilitas
  1. Bagaimana proses mendapatkan informasi?
  2. Apakah layak untuk mengambil terlebih dahulu lalu menganalisa bukti?
  3. Apakah layak dalam sisi hukum, etika, dan system informasi?

Standar kerja ada 5 faktor :
  1. Identifikasi objek
  2. Pemulihan computer
  3. Membangun mediasi komunikasi
  4. Permintaan investigasi
  5. Pengumpulan bukti digital lain.

Kebijakan dan prosedur
Ada 7 hal yg perlu dipertimbangkan dalam penerapan protocol :
  1. Personel
  2. Pertimbangan administrative
  3. Permintaan layanan
  4. Manajerial kasus
  5. Penanganan dan memberlakukan bukti
  6. Pemrosesan kasus
  7. Mengembangkan prosedur teknis

Menilai bukti
Factor yang menjadi pertimbangan untuk mengidentifikasi segalabukti yang dianalisis
  1. Menilai kasus
  2. Membuat penalaran di lokasi
  3. Analisis lokasi pemrosesan
  4. Pertimbangan hokum
  5. Analisis bukti

Kasus yang mengandalkan computer forensic :
  1. Pornografi
  2. Sabotase layanan

Senin, 16 Januari 2017

Audit Tools (Tugas 2)

Computer-assisted audit techniques (CAATs) atau computer-assisted audit tools and techniques (CAATTs) adalah sebuah alat atau metode untuk membantu proses audit. CAATs umumnya menyediakan software produktifitas kantor seperti spreadsheet (sejenis Excel atau Numbers), word processors (sejenis Word atau Pages) dan program edit teks, serta berbagai paket software yang unggul lainnya yang berguna dalam menganalisa statistik dan sebagai peralatan permudah bisnis.


Standard tools tersebut dikembangkan sebagai framework yang disusun berdasarkan best pratices dari hasil riset serta pengalaman bertahun-tahun dalam kegiatan audit TI. Framework tersebut tentunya mengalami penyempurnaan yang berkelanjutan sebagai upaya menciptakan standar yang semakin baik, efektif dan efisien.


Berikut ini adalah standard tools/framework yang terdapat di dunia :




Beberapa Penjelasan dari contoh alat audit :

COBIT 


(Control Objectives for Information and related Technology) disusun oleh Information Systems Audit and Control Foundation (ISACF) pada tahun 1996. COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut. Hal yang menarik dari COBIT adalah adanya versi khusus untuk skala usaha kecil-menengah (UKM) yang disebut COBIT Quickstart.

COSO 


(Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission) Internal Control—Integrated FrameworkCOSO adalah organisasi swasta yang menyusun Internal Control – Integrated Network bagi peningkatan kualitas penyampaian laporan keuangan dan pengawasan internal untuknya yang lebih efektif.
Tujuan dari penyusunan framework ini adalah peningkatan sistem pengawasan terpadu untuk pengendalian perusahaan/organisasi dalam beberapan langkah. Hal ini diarahkan untuk memberikan para pemegang kebijakan di organisasi dapat melakukan pengawasan internal dalam pelaksanaan tugas kepada para eksekutif, mencapai laba yang menguntungkan serta mengelola resiko-resiko yang timbul.
Internal Control – Integrated Framework yang disusun oleh COSO diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 dan masih diperbarui hingga saat ini. Hingga saat ini COSO maupun organisasi lainnya tidak melakukan/menerbitkan sertifikasi keahlian/profesional bagi framework ini.
Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam Internal Control – Integrated Framework COSO adalah: 
  • Effectiveness
  • Efficiency
  • Confidentiality
  • Integrity
  • Availability
  • Compliance
  • Reliability
Jika dilihat dari lingkup kriteria informasi di atas maka dapat dilihat bahwa komponen-komponen yang menjadi perhatian dalam Internal Control – Integrated Framework COSO identik dengan COBIT.
Sedangkan fokus terhadap pengelolaan sumber daya teknologi informasi pun dalam Internal Control – Integrated Framework COSO identik dengan COBIT.

ITIL 


(Information Technology Infrastructure Library)Sebenarnya ITIL bukan merupakan standar dalam audit TI. ITIL lebih merupakan framework/best practice bagi IT service management untuk menciptakan layanan teknologi informasi yang bermutu tinggi.
ITIL terdiri atas delapan buku berseri yang disusun dan diterbitkan oleh Central Computer and Telecommunications Agency (CCTA) yang sekarang dikenal sebagai the British Office of Government Commerce (OGC).
Delapan serial buku ITIL tersebut terdiri atas: 
  • Software Asset Management
  • Service Support
  • Service Delivery
  • Planning to Implement Service Management
  • ICT Infrastructure Management
  • Application Management
  • Security Management
  • Business Perspective
British Standard (BS) 15000 adalah sertifikasi keahlian/profesional yang diterbitkan oleh Pemerintah Inggris untuk manajemen TI dimana ITIL dapat digunakan sebagai panduan dalam penetapan sertifikasi. Sedangkan untuk pemusatan perhatian pada kebutuhan keamanan sistem diterbitkan sertifikasi BS 7799 yang berdasarkan pada bagian dari BS 15000. 

Sertifikasi untuk IT service management terbagi atas tiga tingkat yaitu: 
  • Foundation certificate : Sertifikasi ini diberikan setelah menjalani kursus selama tiga hari dan lulus dari ujian tulis dengan model pilihan berganda. Sertifikat untuk tingkatan ini merupakan sertifikasi pertama dari tingkatan yang ada.
  • Practitioner’s certificate : Untuk mencapai tingkatan ini diperlukan proses penilaian dan pengujian dengan mengikuti kursus, studi kasus serta ujian tulis dengan model pilihan berganda. Di tingkatan ini sertifikasi diberikan secara khusus pada bagian tertentu saja (spesialisasi).
  • Manager’s certificate : Untuk memperoleh sertifikasi ini harus menempuh sepuluh hari pelatihan, akreditasi dari badan khusus serta lulus dari dua kali ujian tulis dalam model uraian.

Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam ITIL adalah : 
  • Effectiveness
  • Efficiency
  • Confidentiality
  • Integrity
  • Availability
  • Compliance
Namun pada bagian kriteria informasi ini tidak terlalu terfokus seperti dalam COBIT. Sedangkan fokus terhadap pengelolaan sumber daya teknologi informasi dalam ITIL identik dengan COBIT.


ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security Management

ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security Management adalah standar internasional. Tujuan utama dari penyusunan standar ini adalah penerapan keamanan informasi dalam organisasi. Framework ini diarahkan untuk mengembangkan dan memelihara standar keamanan dan praktek manajemen dalam organisasi untuk meningkatkan ketahanan (reliability) bagi keamanan informasi dalam hubungan antar organisasi.

Dalam framework ini didefinisikan 11 (sebelas) bagian besar yang dibagi dalam 132 (seratus tigapuluh dua) strategi kontrol keamanan. Standar ini lebih menekankan pada pentingnya manajemen resiko dan tidak menuntut penerapan pada setiap komponen tapi dapat memilih pada bagian-bagian yang terkait saja.

Edisi pertama dari ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security Management diterbitkan pada tahun 2000 dan edisi keduanya terbit pada tahun 2005.
Sejak edisi kedua tersebut ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security Management menjadi standar resmi ISO yang berdampak pada diperlukannya revisi dan pemutakhiran setiap tiga hingga lima tahun sekali.

Pada bulan April 2007, ISO memasukkan framework ini ke dalam ISO 2700x series, Information Security Management System sebagai ISO 27002. Standar tersebut dapat digolongkan dalam best practice termutakhir dalam lingkup sistem manajemen keamanan informasi.

Secara langsung tidak ada sertifikasi untuk ISO/IEC 17799:2005. Namun terdapat sertifikasi yang sesuai dengan ISO/IEC 27001 (BS 7799-2).
Pada standar ini terdapat perbedaan perhatian lingkup kriteria informasi dibandingkan dengan COBIT. Dimana dalam ISO/IEC 17799:2005 tidak memfokuskan pada effectiveness dan efficiency serta hanya memberikan sedikit perhatian pada reliability. Sedangkan pada pengelolaan sumber daya TI dalam ISO/IEC 17799:2005 tidak terlalu memfokuskan padainfrastructure.

COBIT (TUGAS 1)

Control Objective for Information and related Technology (COBIT)


Control Objective for Information and related Technology, disingkat COBIT, adalah suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi. Standar COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1996.

COBIT adalah merupakan kerangka panduan tata kelola TI dan atau bisa juga disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan untuk menjembatani gap antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan pemenuhan kebutuhan tersebut dalam suatu organisasi. COBIT memungkinkan pengembangan kebijakan yang jelas dan sangat baik digunakan untuk IT kontrol seluruh organisasi, membantu meningkatkan kualitas dan nilai serta menyederhanakan pelaksanaan alur proses sebuah organisasi dari sisi penerapan IT.


COBIT memiliki 4 cakupan domain, yaitu : 

  1. Perencanaan dan organisasi (plan and organise) 
  2. Pengadaan dan implementasi (acquire and implement) 
  3. Pengantaran dan dukungan (deliver and support) 
  4. Pengawasan dan evaluasi (monitor and evaluate) 

Keempat domain tersebut diatas kemudian dijabarkan menjadi 34 faktor resiko yang harus dievaluasi jika ingin diperoleh suatu kesimpulan mengenai seberapa besar kepedulian manajemen terhadap teknologi informasi, serta bagaimana teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi.


Maksud utama COBIT ialah menyediakan kebijakan yang jelas dan good practice untuk IT governance, membantu manajemen senior dalam memahami dan mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan IT. Cobit dijadikan suatu standar panduan untuk membantu mengelola suatu organisasi mencapai tujuannya dengan memanfaatkan IT. Cobit memberikan panduan kerangka kerja yang bisa mengendalikan semua kegiatan organisasi secara detail dan jelas sehingga dapat membantu memudahkan pengambilan keputusan di level top dalam organisasi.


Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.

Bottom-up Test (Testing Program 2)

Integration Testing (kel.4)
  1. Top-down test
  2. Bottom-up test
  3. Regression test

Kapan dan berikan contoh melakukan Bottom-up Test ?


Jawab :

Strategi ini digunakan jika, modul level bawah di buat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level atas di buat. Bottom-up test ini dilakukan setelah semua program telah jadi/dibuat terlebih dahulu barulah dilakukan test untung mengujinya. 

Contohnya yaitu bila kita membuat program seperti sebuah website, dimulai dari Planning, Control, Design, Coding, Testing, Operation and maintenance tetapi kita belum melakukan testing setelah programnya selesai atau sudah jadi, barulah kita melakukan testing dengan menggunakan bottom-up test.

Top-down Test (Testing Program 1)

Integration Testing
  1. Top-down test
  2. Bottom-up test
  3. Regression test

Kapan dan contoh integration testing dilakukan top-down test ?


Jawab :

Strategi ini digunakan jika, modul level atas (high-level modules) dibuat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level bawah (low-level modules). Top-down integration Adalah pendekatan bertahap untuk menyusun struktur program. Modul-modul diintegrasikan dari atas ke bawah dalam suatu hirarki kendali, dimulai dari modul kendali utama (program utama). Modul sub-ordinat dari modul kendali utama dihubungkan ke struktur yang paling dalam (depth-first integration) atau yang paling luas (breadth-first integration) dahulu.

Contohnya :

Pilihan path (jalur) utama dapat secara acak dan tergantung spesifikasi aplikasi. Pada contoh dipilih path sebelah kanan yaitu modul M1, M2, M5 yang akan dipadukan pertama. Berikutnya M8 (jika diperlukan M2 juga dapat) atau M6 yang akan dipadukan. Selanjutnya path pusat dan sebelah kiri dikerjakan. Breadth first integration akan memadukan seluruh modul yang sejajar. Dari contoh diatas modul M3, M4 (yang digantikan dengan S4) yang akan dipadukan, berikutnya M1, M5, M6, dan seterusnya,



  1. Modul utama digunakan sebagai test driver dan stub yang menggantikan seluruh modul yang secara langsung berada di bawah control modul.
  2. Tergantung kepada perpaduan yang dipilih (dept atau breadth) subordinat stub diganti atau dipindahkan dengan modul yang sebenarnya.
  3. Uji coba dilakukan selama masing-masing modul dipadukan.
  4. Pada penyelesaian masing-masing uji coba stub yang lain dipindahkan dengan modul sebenarnya.
  5. Uji coba regression yaitu pengulangan uji coba untuk mencari kesalahan-kesalahan lain yang mungkin timbul.

Proses yang dimulai dari langkah nomor 2 akan berulang hingga seluruh struktur program selesai dibuat. Diaumsikan pendekatan depth first yang dipergunakan dan sebagian melengkapi struktur S7 yang berikut akan digantikan dengan modul yang berhubungan M7. M7 sendiri menpunyai stub yang akan digantikan dengan modul yang berhubungan. Yang paling penting setiap terjadi pergantian, uji coba harus dikerjakan untuk menperifikasi interface. Strategi top down intergration akan menverifikasi control utama dan keputusan pada saat proses uji coba. Pada struktur program yang dibuat dengan baik keputusan akan dikerjakan pada tingkat atas hierarki. Jika pendekatan dept first integration dipilih fungsi-fungsi yang melengkapi perangkat lunak harus dilengkapi dan dipertunjukkan. Fungsi stub adalah untuk menggantukan modul pada tingkat yang paling bawah yang di uji coba.


Hasil analisis e-government menurut panduan dari KOMINFO (2003)


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kinerja Sistem


Nama Kelompok :


Agus Dwi Cahyadi (10113371)
Fahmi Akbar Krissanto (13113070)
Muhammad Azzohabi (15113850)
Prayoga Pratama (16113903)
Riyan Eka Purnomo (17113857)



Hasil analisis e-government menurut panduan dari KOMINFO (2003)



**Penilaian berdasarkan hasil analisa kelompok

1. Selayang Pandang.

Menjelaskan secara singkat tentang keberadaaan Pemda bersangkutan (sejarah, moto, lambang dan arti lambang, lokasi dalam bentuk peta, visi dan misi).

2. Pemerintahan Daerah

Menjelaskan struktur organisasi yang ada di Pemda bersangkutan (eksekutif, legislative) beserta nama, alamat, telepon, email dari pejabat daerah. Jika memungkinkan biodata dari pimpinan daerah ditampilkan agar masyarakat luas mengetahuinya.

3. Geografi

Menjelaskan antara lain keadaan topografi, demografi, cuaca dan iklim, social dan ekonomi, budaya dari daerah bersangkutan. Semua data dalam bentuk numeric atau statistic harus mencantumkan nama instansi dari sumber datanya.

4. Peta Wilayah dan Sumberdaya

Menyajikan batas administrasi wilayah dalam bentuk peta wilayah (dari Bakosurtanal) dan juga sumberdaya yang dimiliki oleh daerah bersangkutan dalam bentuk peta sumberdaya (dikeluarkan oleh instansi pemda yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pembuat peta) yang dapat digunakan untuk keperluan pengguna.

5. Peraturan/Kebijakan Daerah

Menjelaskan peraturan daerah (perda) yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah bersangkutan. Melalui situs web pemerintah daerah ini semua perda yang dikeluarkan disosialisasikan kepada masyarakat luas.


6. Buku Tamu

Tempat untuk menerima masukan dari pengguna situs web pemda bersangkutan. 


Narasi :

Setelah melakukan analisa pada website Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Belitung, pada kategori Selayang Pandang Provinsi Bangka Belitung menampilkan informasi yang cukup lengkap dari poin yang diminta. Provinsi Bangka Belitung kurang adanya informasi berupa peta wilayah karena pada website hanya menampilkan deskripsi wilayah. Untuk Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menampilkan informasi yang lengkap di setiap poinnya. 

Pada kategori Pemerintahan Daerah, Provinsi Bangka Belitung sama sekali tidak menampilkan tentang profile pejabat pemerintahan, sedangkan untuk Kabupaten Bangka menampilkan informasi yang cukup lengkap per-poinnya, hanya pada biodata pimpinan daerah yang tidak dimiliki website Kabupaten Bangka. Pada Kabupaten Belitung menampilkan informasi yang lengkap karena semua poinnya terpenuhi. 

Pada kategori Geografi, Provinsi Bangka Belitung menampilkan informasi yang lengkap dan semua poinnya terpenuhi, untuk Kabupaten Bangka menampilkan informasi yang cukup lengkap dan hanya satu poin yang tidak dimiliki webiste Kabupaten Bangka yaitu informasi tentang cuaca dan iklim. Pada website Kabupaten Belitung, ada dua poin yang tidak dimiliki yaitu sosial dan ekonomi serta budaya daerah.

Pada kategori Peta Wilayah dan Sumber Daya, Provinsi Bangka Belitung tidak memiliki informasi satupun dari poin yang diminta. Sedangkan untuk Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung hanya sama sama memiliki informasi tentang peta wilayah, tidak dengan peta sumberdaya nya. 

Pada kategori Peraturan/Kebijakan Daerah, Provinsi Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka memiliki dan menampilkan informasi tentang peraturan daerah (produk hukum) sedangkan Kabupaten Belitung tidak memiliki informasi tentang peraturan daerah yang diminta. Dan untuk Kategori Buku Tamu, Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung memiliki dan menyediakan informasi tentang buku tamu. Untuk Provinsi Bangka Belitung, buku tamu ini dapat ditemukan pada tab suara pembaca. 

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisa pada ketiga website yaitu Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung tersebut menampilkan informasi yang cukup lengkap dan berbeda keunggulan serta kekurangan satu sama lainnya. Hasil yang didapat yaitu Provinsi Bangka Belitung mendapat jumlah total 13, sedangkan untuk Kabupaten Bangka mendapat jumlah total 17 dan untuk Kabupaten Belitung mendapat jumlah total 16. Dengan melihat pada jumlah forum, website Kabupaten Bangka lebih informatif dan lengkap dalam menampilkan informasi serta memberikan pelayanan terhadap pengunjung website, unggul tipis dengan website Kabupaten Belitung.

Unit Analisis E-Government dan Kategorisasi

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kinerja Sistem

Nama Kelompok :


Agus Dwi Cahyadi (10113371) 
Fahmi Akbar Krissanto (13113070) 
Muhammad Azzohabi (15113850) 
Prayoga Pratama (16113903) 
Riyan Eka Purnomo (17113857)


Unit Analisis E-Government dan Kategorisasi


**Penilaian berdasarkan hasil analisa kelompok



1. Informasi Menu Utama dalam Website

  • Potensi Daerah : informasi mengenai potensi yang ada pada pemerintah daerah, baik berupa potensi alam, pariwisata, perdagangan, dan lainnya.
  • Komoditas Utama : informasi mengenai kekayaan dan hasil alam yang berada di pemerintahan daerah, berdasarkan sector pertanian, perkebunan, pertenakan, dan lainnya.
  • Kualitas SDM : kualitas masyarakat pada pemerintah daera, latar pendidikan yang harus dimiliki pada setiap masyarakat supaya dalam penempatan karyawan pada suatu perusahaan lebih mudah dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka dapat.


2. Informasi tambahan dalam fasilitas Website

  • Tahap 1 : informasi tambahan dalam bidang pendidikan, baik pendidikan secara formal atau bidang ilmu pengetahuan secara umum yang ada pada pemerintah daerah. 
  • Tahap 2 : informasi tambahan di bidang perniagaan, baik kegiatannya maupun komoditi yang tersedia pada daerah pemerintahan tersebut.
  • Tahap 3: informasi tambahan mengenai kegiatan yang berlangsung pada pemerintahan daerah ataupun kegiatan diluar pemerintahan daerah tersebut dan masih berkaitan. 


3. Penyediaan hubungan

  • G2C ( Government to Citizein) : tersediannya sarana penghubung antara pemerintah dengan masyarakat. Seperti komunikasi secara online atau forum diskusi. 
  • G2B ( Government to Business) : informasi mengenai kerjasama yang akan dilakukan atau telah dilakukan oleh pemerintah daerah dengan perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan. Contohnya berkerjasama dalam proyek pembangunan jalan tol dengan investor. 
  • G2G ( Government to Government) : informasi mengenai kerjasama dengan pemerintahan daerah , provinsi lain. 

4. Aksesibilitas

Kecepatan dalam akses jaringan untuk membuka website dan menu – menunya. Kecepatan dibedakan atas 3 jangkauan yaitu kurang dari 10 detik, antara 10 – 30 detik dan lebih dari 30 detik. 


5. Design

  • Animasi : gambar yang didesaign begerak. 
  • Grafis : perpaduaan dan komposisi warna yang baik. 
  • Teks lengkap : tulisan mengenai website secara detail dan jelas serta mudah dimengerti.


6. Jumlah tingkat informasi

Jumlah tingkatan informasi di dalam suatu situs web pemerintah akan digolongkan ke dalam 4 tingkatan, sebagai berikut :

  • Tingkat 1 : 
Persiapan, meliputi pembuatan situs informasi di setiap lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah, misalnya Warnet dll.

  • Tingkat 2 : 
Pematangan, meliputi pembuatan situs informasi public interaktif dan pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain.

  • Tingkat 3 : 
Pemantapan, meliputi pemb uatan situs transaksi pelayanan public dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain. 

  • Tingkat 4 : 
Pemanfaatan, meliputi pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G (interagency relationship), G2B (Government to Business) dan G2C (Government to Citizen) yang terintegrasi.


Narasi :

Setelah melakukan analisa pada website Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Belitung, pada unit analisis Informasi Menu Utama Dalam Website, Provinsi Bangka Belitung mendapatkan nilai 70, sedangkan untuk Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung sama sama mendapatkan nilai 84. Untuk Provinsi Bangka Belitung, mendapat nilai 70 dikarenakan tidak adanya informasi yang ditampilkan tentang potensi daerah, komoditas serta sedikitnya informasi tentang kualitas SDM sedangkan untuk Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung, keduanya mendapat nilai 84 karena pada websitenya menampilkan potensi daerah serta komoditas utama tetapi kurang informasi tentang kualitas SDM.

Pada unit analisis Informasi Tambahan Dalam Fasilitas Website, Provinsi Bangka Belitung mendapatkan nilai 75 dikarenakan tidak lengkapnya informasi yang ditampilkan sepert pendidikan, perniagaan serta agenda pemerintahan, baik itu dalam daerah maupun diluar daerah. Untuk Kabupaten Bangka mendapatkan nilai 80 karena pada website yang ditampilkan hanya tidak menampilkan informasi tentang agenda pemerintahan, untuk selebihnya seperti pendidikan dan perniagaan ditampilkan dalam website. Untuk Kabupaten Belitung, mendapatkan nilai 84 yang merupakan nilai tertinggi pada unit analisis ini karena lengkapnya informasi yang ditampilkan seperti pendidikan dan agenda pemerintahan yang dicantumkan secara detail, tetapi untuk perniagaan kurang menampilkan informasi dalam website.

Pada unit analisis Penyediaan Hubungan, Kabupaten Bangka mendapatkan nilai 80 yang merupakan nilai tertinggi karena pada websitenya menampilkan secara detail dan dibuat field khusus untuk informasi tentang hubungan kepada pengunjung website serta hubungan kepada perusahaan yang sedang bekerja sama dengan pemerintahan, tetapi website ini tidak menampilkan informasi tentang hubungan dengan pemerintahan daerah lain. Sedangkan untuk website Provinsi Bangka Belitung dan Kabupaten Belitung sama sama mendapat nilai 78 karena kedua website tersebut hanya menampilkan hubungan dengan pengunjung website tetapi tidak ada informasi yang ditampilkan tentang hubungan dengan perusahaan dan pemerintahan daerah lain.

Pada unit analisis Aksesibilitas, untuk Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Belitung, dari ketiga website tersebut, sama sama mendapat nilai maksimal 100, karena proses load time website kurang dari 10 detik. Uji coba website dilakukan dengan menggunakan https://tools.pingdom.com/ pada server Australia.

Pada unit analisis Design, Provinsi Bangka Belitung mendapatkan nilai tertinggi yaitu 87 karena dari semua kategori yang ditampilkan, design dari website sangat bagus dan mudah dimengerti serta dipahami oleh pengunjung. Dari segi design warna, animasi dan teks website ini sedikit unggul dibanding dengan yang lain. Untuk Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung sama sama mendapatkan nilai 84, karena penilaian dari segi warna, animasi dan teks masing masing memiliki sedikit keunggulan dan kekurangan.

Pada unit analisis Jumlah Tingkatan Informasi, Kabupaten Bangka mendapatkan nilai tertinggi yaitu 87.5 karena dari setiap kategori, website ini hampir lengkap dan ditampilkan dalam website tetapi hanya kurang pada tingkat 4 yaitu hubungan G2G tidak ditampilkan. Sedangkan untuk Provinsi Bangka Belitung, mendapatkan nilai 82.5 karena website kurang menampilkan informasi pada kategori tingkat 4 yaitu hubungan G2B dan G2G. Untuk Kabupaten Belitung mendapatkan nilai 75 karena website kurang menampilkan informasi pada kategori tingkat 3 dan kategori tingkat 4 yaitu tidak adanya informasi tentang hubungan G2B dan G2G.



Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisa pada ketiga website yaitu Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung tersebut menampilkan informasi yang cukup lengkap dan berbeda keunggulan serta kekurangan satu sama lainnya. Hasil yang didapat adalah Provinsi Bangka Belitung mendapat jumlah total 79.4, sedangkan untuk Kabupaten Bangka mendapat jumlah total 84.9 dan untuk Kabupaten Belitung mendapat jumlah total 82.9. Dengan melihat total poin tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bangka mendapatkan nilai tertinggi, kedua adalah Kabupaten Belitung dan nilai terendah adalah Provinsi Bangka Belitung. Dari ketiga website tersebut memiliki keunggulan informasi yang lebih lengkap daripada lainnya tetapi juga terdapat kekurangan informasi yang ditampilkan dibandingkan dengan website lainnya, Jadi dari ketiga website tersebut masing masing unggul tipis jika dilihat dari total poin yang didapat.