Senin, 23 November 2015

Kerangka Karangan

Pengertian


Kerangka atau outline adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca. 
Jadi kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur.


Fungsi atau Manfaat Kerangka Karangan


  1. Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapih.
  2. Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang akan digarap.
  3. Untuk mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas sebelumnya.
  4. Untuk memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa data atau fakta.
  5. Untuk membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.


Cara Membuat Kerangka Karangan


Adapun cara membuat kerangka suatu karangan adalah sebagai berikut:
  • Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut.

  • Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik yang terlintas di dalam pikiran untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.

  • Menseleksi bahan
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas.


  • Mengembangkan kerangka karangan

Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.


Jenis Kerangka Karangan


Ada dua jenis kerangka karangan, yaitu :

  • Kerangka karangan yang berbentuk kalimat
  • Kerangka karangan yang berbentuk topic


Kerangka karangan yang berbentuk kalimat

Contoh 1 :
Kerangka Kalimat

Budidaya jamur kuping dengan serbuk gergaji 

  1. Jamur kuping merupakan jamur edibel yang paling banyak dikonsumsi
  2. Harga jual jamur kuping cukup tinggi sehingga menjanjikan keuntungan yang baik
  3. Mula-mula jamur kuping tumbuh di kayu, tetapi lebih baik dibudidayakan dengan serbuk gergaji
  4. Cara budidaya jamur kuping dengan serbuk gergaji tidak terlalu sulit

Kerangka karangan yang berbentuk topic

Kerangka kalimat menggunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan setiap topic, subtopic maupun sub-subtopicnya, sedangkan kerangka topic hanya terdiri atas topic-topik yang berupa frasa atau bahkan kata

Contoh 2:
Kerangka Topic

Kegiatan siswa SMK pada semester 5
1. Kegiatan akademis
- Kegiatan belajar
- Ceramah ilmiah
- Presentasi DU/DI
- Kunjungan industry
- Prakerin
- Uji kompetensi

2. Kegiatan sosial

- Kebersihan lingkungan
- Bakti sosial
- Perkemahan

3. Kegiatan Olah Raga
- Ekstrakulikuler
- Turnamen
Pengembangan tema/topic kedalam kerangka karangan dapat dilakukan dengan berbagai pola sesuai dengan tujuan dan sifat objek. Beberapa pola pengembangan tema/topic yang dapat kita lakukan antara lain :

  • Urutan waktu/kronologis

Penyajian bahan didasarkan pada runtutan peristiwa atau tahapan-tahapan kejadian. Novel, roman, cerpen, kisah perjalanan, pengalaman, laporan, perkembangan, sejarah dan sejenisnya paling tepat mengguakan pola ini
Contoh :
Pengalaman berobat dipuskesmas
  1. Datang untuk mendaftarkan diri diloket pendaftaran
  2. Menunggu panggilan
  3. Pemeriksaan pendahuluan oleh perawat
  4. Pemeriksaan dan diagnosis oleh dokter puskesmas
a. Puskesmas tidak mampu, dirujuk ke RS daerah
b. Diterapi / diberi resep

   5. Antri mengambil obat
   6. Pulang
Dalam menyajikan peristiwa atau kejadian secara kronologis, sering kita lakukan variasi dengan flashback (kilas balik), yaitu penyisipan kisah masa lalu

  • Urutan Lokasi/Ruang/Tempat/Spasial

Pola urutan ini digunakan terutama untuk uraian yang bersifat deskriptif. Penguraian dimulai dari suatu tempat atau titik, lalu bergerak ke tempat lain, misalnya dari atas kebawah, dari bawah ke atas, dari kiri ke kanan dan sebagainya
Contoh : 
Kunjungan ke istana kepresidenan gedung agung
  1. Acara penerimaan dihalaman depan
  2. Kunjungan ke ruang diponegoro
  3. Kunjungan keruang perjamuan
  4. Kunjungan ke ruang ….
  5. Acara penutupan di ruang …..


  • Urutan kausal

Urutan kausal (berhubungan dengan sebab dan akibat), terdiri atas dua variasi yaitu :
a. Sebab-akibat
Dalam pola ini pengembangan topic dimulai dari pokok pikiran yang menjadi sebab, kemudian dilanjutkan dengan pokok-pokok pikiran yang merupakan akibatnya
Contoh :
Wabah demam berdarah
  1. Hujan berhari-hari turun terus menerus
  2. Banyak selokan dan sungai tidak berfungsi secara maksimal
  3. Genangan air menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
  4. Banyak warga masyarakat yang terkena demam berdarah

b. Akibat-sebab
Dalam pola ini pengembangan dimulai dari pokok pikiran yang menjadi akibat, kemudian dirunut pokok-pokok pikiran yang merupakan penyebabnya
Contoh : 
Isu bencana alam badai besar
  1. Masyarakat yang mengungsi keluar daerah
  2. Berhari-hari masyarakat panic
  3. Membuat tumbal dan tolak balak dengan berbagai macam acara
  4. Isu bencana alam badai besar
  5. Sumber informasi


  • Urutan pemecahan masalah

Dalam pola ini penyajian bertolak dari suatu masalah, kemudian bergerak menuju ke pemecahan masalah. Urutan ini sangat erat dengan pola kausal
Contoh :
Musibah tanah longsor
  1. Lokasi bencana tanah longsor
  2. Keadaan daerah yang terkena bencana
  3. Sebab-sebab terjadinya tanah longsor
  4. Cara penanggulangan
  5. Cara pencegahan

  • Urutan umum-khusus (deduktif)

Pola ini memulai pembahasannya dengan menjelaskan atau member gambaran secara umum yang dilanjutkan dengan menjelaskan hal-hal yang khusus
Contoh :
Kunjungan ke pabrik gula madikusumo
1. Tinjauan umum pabrik
- Lokasi pabrik
- Sejarah berdiri dan perkembangannya

2. Proses produksi
- Proses penggilingan tebu
- Proses penyaringan
- Proses pengkristalan
- Proses pengepakan

3. Pemasaran
- Promosi
- Saluran distribusi
- Wilayah pemasaran

  • Urutan Khusus-umum (induktif)


Pola ini mengawalinya dengan menyajikan hal-hal yang bersifat khusus dan dilanjutkan atau diakhiri dengan hal yang bersifat umum atau kesimpulan
Contoh : 
Prospek Ekonomi Indonesia
  1. Stabilnya nilai tukar rupiah
  2. Turunnya suku bunga SBI dan bunga bank pada umumnya
  3. Meningkatkan kredit dan bergairahnya sector riil
  4. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meyakinkan

  • Urutan klimaks

Pola ini diawali dengan menyajikan hal-hal sepele, kecil atau remeh menuju ke hal yang lebih penting dan diakhiri dengan puncak peristiwa. Pola ini banyak persamaan dengan pola khusus-umum karena simpulan akhir pada umumnya merupakan hal yang paling penting
Contoh : 
Pemenang lomba cipta tari kontemporer
  1. Juara harapan 3 dengan hadiah Rp 500.000 dipegang oleh ….
  2. Juara harapan 2 dengan hadiah Rp 1000.000 diraih oleh …..
  3. Juara harapan 1 dengan hadiah Rp 1500.000 diraih oleh ….
  4. Juara 3 ialah …. Berhak memperoleh hadiah Rp 2000.000
  5. Juara 2 ……
  6. Juara 1 …….

  • Urutan antiklimaks

Puncak peristiwa disajikan pada awal karangan dan dilanjutkan dengan penjelasan-penjelasan yang makin menurun tingkat kepentingannya. Pola ini banyak persamaan dengan pola umum-khusus karena pernyataan umum pada umumnya sekaligus merupakan pernyataan yang paling penting. Struktur berita pada umumnya menggunakan pola ini
Contoh peringkat film terlaris dunia :
  1. Film papan teratas box office dodgeball yang menghasilkan 30 juta dolar AS
  2. Peringkat kedua diduduki oleh the terminal
  3. Peringkat ketiga adalah harry potter
  4. Posisi keempat adalah shrek 2

  • Urutan hasil-proses dan proses-hasil

Secara alamiah proses selalu lebih dahulu daripada hasil. Dengan kata lain, hasil selalu didahului oleh proses. Namun secara retorika dalam menulis bisa saja kita gunakan penyajian dengan urutan hasil-proses

Misalnya, kita akan membuat laporan tentang tertangkapnya seorang perampok. Laporan itu kita mulai dari perampok yang sudah diborgol untuk dibawa kekantor polisi, baru diikuti dengan penjelasan tentang laporan adanya perampokan, pencegatan dibeberap ruas jalan, tembak-menembak antara polisi dan perampok, pengejaran hingga tertangkap

  • Urutan familiaritas

Penyajian bahan dimulai dari hal yang sudah dikenal (familiar) menuju ke hal yang sesungguhnya akan dijelaskan. Misalnya kita akan menjelaskan struktur atom. Penjelasan ini dimulai dengan gambar semacam galaksi beserta satelitnya

  • Urutan akseptabilitas

Penyajian bahan dimulai dari hal-hal telah diterima, disetujui atau diakui kebenarannya oleh pembaca, lalu diikuti dengan hal baru atau asing yang senada atau sejenis dengan harapan hal baru atau asing itu dapat juga diterima

  • Urutan topic yang ada

Suatu objek atau tema kadang-kadang dapat kita rinci atas sub-sub yang nilai pentingnya sama. Oleh karena itu, penyajian pun dapat kita awali dari sub mana saja. Serta dapat kita akhiri dengan sub mana saja. Misalnya, kita akan menjelaskan bagian-bagian computer yang terdiri dari atas CPU, monitor dan keyboard. Uraian penyajian bebas darimana saja

Referensi

Minggu, 08 November 2015

Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

Kutipan

Pengertian

Kutipan adalah pengulangan satu ekspresi sebagai bagian dari yang lain, terutama ketika ekspresi yang dikutip itu terkenal atau secara tersurat dihubungkan dengan kutipan ke sumber aslinya, dan ditandai oleh (diselingi dengan) tanda kutip.

Tujuan Kutipan 

  1. Menegaskan isi uraian
  2. Membuktikan apa yang dikatakan
  3. Menunjang apa yang diungkapkan
Kutipan diperlukan untuk meneliti kembali apa yang telah diteliti oleh banyak ahli adalah tindakan pemborosan sumber daya, yaitu itu sumber daya waktu, dana, maupun manusia. Karena itu, mengutip hasil penelitian yang telah diselidiki oleh orang lain atau oleh banyak orang lain secara mendalam diperbolehkan sebagai bukti. Hasil penelitian orang lain itu diasumsikan/ diyakini benar. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat seperti sekarang. Suatu penelitian didasarkan pada hasil penelitian orang lain, dan pada gilirannya, penelitian itu sendiri nantinya akan dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya. Isaac Newton merumuskan hal ini dengan ungkapan "berdiri di atas pundak raksasa".

Prinsip-Prinsip Kutipan

Ada beberapa prinsip dalam mengutip sesuatu tulisan atau karya, prinsip-prinsip tersebut diantaranya :

  • Nama penulis ditulis pada bagian permulaan kalimat
Contoh : “Gordon (2006) melaporkan bahwa bahan dasar harus tersedia dengan cukup untuk menjamin kelancaran proses produksi”.

  • Nama penulis ditulis pada tengah kalimat
Contoh : ”Meskipun komunikasi formal sangat penting bagi organisasi besar, seperti dilaporkan oleh (Purwanto, 2006:134), namun kurang menguntungkan bagi sudut pandang individual maupun perusahaan”.

  • Nama penulis ditulis pada akhir kalimat
Contoh : ”Salah satu keunggulan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya atau realiabilitas (Suzuki, 2000).”

  • Bila jumlah penulis ada 2 atau 3, maka semua nama penulis harus disebutkan dan dikutip dengan menggunakan kata “dan” atau tanda “&”.
Contoh : ”Menurut Evans dan Maxwell (2008:56) faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan”.

  • Bila terdapat enam atau lebih penulis, maka dikutip menggunakan et al atau dkk.
Contoh: ”Bauran Pemasaran atau Marketing Mix tersebut merupakan alat yang dapat dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya” (Gitosudarmo dkk, 1992:64).
  • Seluruh kutipan menggunakan font yang sama dengan teks utama.
  • Tahun yang tidak diketahui dikutip sebagai no date. Rujukan pada cetak ulang dikutip dengan tahun publikasi asli di dalam kurung siku.
Contoh : (Marx [1867] 1967, p. 90).

Catatan Kaki

Pengertian

Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

Tujuan Catatan Kaki 

  1. Catatan kaki dicantumkan untuk memenuhi kode etik yang berlaku
  2. Dapat juga sebagai penghargaan terhadap orang lain yang mungkin berjasda dalam penulisan tersebut
  3. Dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan yang dipergunakan dalam teks

Cara Penulisan

Untuk menambahkan catatan kaki pada karya tulis anda, sebaiknya memperhatikan beberapa acuan yang sebaiknya anda terapkan, diantaranya sebagai berikut :
  1. Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
  2. Catatan kaki diketik berspasi satu.
  3. Diberi nomor.
  4. Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
  5. Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
  6. Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
  7. Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
  8. Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
  9. Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
  10. Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
  11. Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakanloc.cit.
  12. Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.

Jenis jenis catatan kaki

  • Catatan kaki untuk buku, dimulai dengan nama pengarang diikuti koma, judul buku (ditulis dengan huruf awal kapital dan dicetak tebal atau dicetak miring), nomor seri, jilid dan nomor cetakan (kalau ada), kota penerbit (diikuti titik dua), nama penerbit (diikuti koma), dan tahun penerbitan (ditulis dalam kurung dan diakhiri dengan titik).
  • Catatan kaki untuk artikel dan majalah, dimulai dengan nama pengarang, judul artikel, nama majalah, nomor majalah jika ada, tanggal penerbitan, dan nomor halaman. Jika dari sumber yang sama dikutip lagi, pada catatan kaki ditulis ibid. (singkatan dari ibidum) yang artinya sama persis sumbernya dengan catatan kaki di atasnya. Jadi mirip dengan idem atau sda. Untuk sumber yang telah disisipi sumber lain, digunakan istilah op. cit. (singkatan dari opere citato). Untuk sumber dari majalah dan koran yang telah disisipi sumber lain digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato).
Contoh :
  • Sidi Gazalba, Maut: Batas Kebudayaan dan Agama (Jakarta: Penerbit Tintamas Indonesia, 1972), 100
  • Ibid., 150
  • Soerjono Soekanto, “Tanggung Jawab Perdata dan Pembantu Dokter,” Kompas, 12 November 1981.
  • Sidi Gazalba, Op.Cit., 200
  • Loc. Cit.

Daftar Pustaka

Pengertian

Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikelartikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.
Pencantuman sebuah buku dalam daftar pustaka pada sebuah karya tulis ilmiah erat kaitannya dengan pengutipan buku. Buku yang kita kutip informasinya haruslah kita cantumkan dalam daftar pustaka. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan orang-orang yang terkenal.

Syarat Menulis Daftar Pustaka 

  • Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya). 
  • Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
  1. Tulis nama pengarang
  2. Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.) 
  3. Tulislah judul buku
  4. Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:) Setelah nama penerbit diberi tanda titik. 
  • Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber ditulis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
Contoh : Sucipto, Adi. 2014. Cara Belajar yang Benar. Cirebon: Gramedia

Referensi


Topik, Judul dan Tema

Topik

Pengertian

Topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Jadi Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.


Sumber Topik

Banyak penulis yang bingung dalam menentukan topik, berikut adalah sumber topik yaitu :
  • Pengalaman Pribadi
  1. Perjalanan
  2. Tempat yang pernah dikunjungi 
  3. Kelompok Anda
  4. Wawancara dengan tokoh
  5. Kejadian luar biasa
  6. Peristiwa lucu

  • Hobi dan Keterampilan 
  1. Cara melakukan sesuatu
  2. Cara kerja sesuatu

  • Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
  1. Pekerjaan tambahan
  2. Profesi keluarga

  • Pelajaran Sekolah/Kuliah
  1. Hasil-hasil penelitian
  2. Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

  • Pendapat pribadi
  1. Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi
  2. Hasil pengamatan pribadi

  • PeristiwaHangat dan Pembicaraan publik
  1. Berita halaman muka surat kabar
  2. Topik tajuk rencana
  3. Artikel
  4. Materi kuliah
  5. Penemuan mutakhir

  • Masalah Abadi
  1. Agama
  2. Pendidikan 
  3. Sosial danmasyarakat 
  4. Problem pribadi

  • Kilasan Biografi
  1. Orang-orang terkenal
  2. Orang-orang berjasa

  • Kejadian khusus 
  1. Perayaan atau peringatan
  2. Peristiwa yang eratkaitannya dengan perayaan

  • Minat Khalayak
  1. Pekerjaan
  2. Hobi
  3. Rumah tangga
  4. Pengembangan diri
  5. Kesehatan dan penampilan
  6. Tambahan ilmu
  7. Minat khusus


Pembatasan Topik

Topik adalah segala yang ingin dibahas. Ini berarti, penulis sudah memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan.
ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik :
Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi
Cukup menarik untuk dibahas
Dikenal dengan baik
Bahannya mudah diperoleh
Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan langkah sebagai berikut :

Tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral. ,
Ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut atau tidak. Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran topik pertama tadi.
Tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih.
Ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut atau tidak.
Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.

Contoh Topik :
Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas


Judul

Pengertian


Menurut anda samakah judul dengan topik? Jawabannya tidak. Kenapa ? Karena Topik ialah pokok pembicaraan, sedangkan judul adalah nama, merek, atau label karangan. Topik bersifat implisit, sedangkat judul bersifat eksplisit. Karena sifat topik, dan judul seperti itu, biasanya penulis menentukan topik yang ingin dibahasnya sebelum menulis, sedangkan pembaca menemukan judul sebelum membaca. Sebaliknya, penulis menentukan judul ketika atau setelah menulis, sedangkan pembaca mengetahui topik tulisan setelah membaca. Dengan demikian, judul dan topik tidak sama. 

Fungsi Judul

  1. Merupakan identitas atau cermin dari jiwa seluruh tulisan.
  2. Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membaca isinya.
  3. Gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
  4. Relevan dengan seluruh isi tulisan, maksud masalah, dan tujuannya.


Syarat Judul 

  • Asli
  • Relevan
  • Provokatif
  • Singkat
  • Harus bebentuk frasa.
  • Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi.
  • Tanpa tanda baca di akhir judul karangan.
  • Menarik perhatian.
  • Logis.
  • Sesuai dengan isi.

Judul Dibagi Menjadi Dua

  • Judul langsung.
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.

  • Judul tak langsung.
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.


Contoh Judul :Macet, Macet dan Macet!


Tema

Pengertian


Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah fondasinya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
Seperti dalam topik, tema juga perlu pembatasan dalam penulisannya agar penulis tidak melantur atau melenceng dari pokok bahasan yang utama. Dengan begitu penulis akan lebih mudah membuat suatu karangan yang efektif


Sumber-Sumber Mendapatkan Tema

Sumber-sumber untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat mana saja , kapan saja, dan dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut :
  1. Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
  2. Sumber-sumber pengamatan.
  3. Sumber-sumber imajinasi.
  4. Dan hasil dari penalaran kita.


Ciri ciri Tema

  1. Dalam novel dan cerpen, biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
  2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak yang bertentangan satu sama lain,bagaimana cerita diselesaikan.
  3. Tema dapat dikesankan melalui peristiwa, kisah, suasana, dan unsur kemanusiaan yang terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan dalam sebuah cerita. 
  4. Jelas gagasan pokok dan tujuannya. 
  5. Gagasan pokok rinci.
  6. Rincian diurutkan secara logis.


Contoh Tema :
Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas bukanlah semata-mata tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah adanya kesadaran berlalu lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab, sebab keteraturan berlalu lintas adalah cermin kepribadian bangsa.

Referensi

Alinea atau Paragraf

Pengertian paragraf / alinea

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat atau sebagai kumpulan kalimat yang saling berhubungan yang merupakan hasil dari sebuah gagasan.

Bagian-bagian paragraf

Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.

Tujuan pembentukan paragraf

  1. Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema
  2. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal

Struktur paragraf

Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. 
  • Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Ciri kalimat pokok :
  1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut
  2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
  3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
  4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi

  • kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama. Ciri kalimat pendukung :
  1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
  2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea
  3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi
  4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik

Syarat-syarat paragraf

  • Kesatuan
Tiap alinea hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alinea adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alinea dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alinea itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

  • Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alinea. Alinea yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alinea akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alinea, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.

Macam-macam paragraf

  • Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh :
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.

  • Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh :
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

  • Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
Contoh :
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.

  • Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh :
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.

  • Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh :
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.

Macam-macam paragraf berdasarkan tujuannya

  • Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Contoh  :
Pemilu baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.

  • Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.

  • Paragraf Penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh :
Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama

  • Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.

  • Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.

  • Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Macam-macam paragraf berdasarkan isi

  • Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.

  • Paragraf Proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.

  • Paragraf Efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.

Unsur–unsur paragraf

  • Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya
  1. Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
  2. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
  • Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  1. Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea
  2. Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea
  3. Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
  4. Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea

  • Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
  • Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
  1. Provokatif (menarik)
  2. Berbentuk frase
  3. Relevan (sesuai dengan isi)
  4. Logis
  5. Spesifik

Referensi

Kalimat Efektif

Pengertian


Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dimana, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

  1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
  2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
  3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
  4. Sistematis dan tidak bertele-tele.


Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif 

Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

  • Kesepadanan Struktur


Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh :
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efekti)

  • Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya juga berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya juga harus berbentuk nomina.
Contoh :
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kalimat efektif. (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)

  • Kehematan Kata

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah: 

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh :
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh :
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Contoh :
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)

  • Kecermatan


Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan (tidak jelas) dan makna ganda.
Contoh :
Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)


  • Ketegasan

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh :
Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca. (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh :
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)

  • Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh :
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efekti)

  • Kelogisan


Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh :
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Referensi

Jumat, 09 Oktober 2015

Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu)



2. Kalimat Majemuk


Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

  • Kalimat Majemuk Setara

kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni :

JenisKonjungsi
berlawanansedangkan
pemilihanatau
penggabungandan
penguatan/Penegasanbahkan
urutan waktukemudian, lalu, lantas
Contoh:
  1. Yoga pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
  2. Tama berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
  3. Yoga pergi ke pasar sedangkan Tama berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
  4. Tama berangkat ke bengkel sedangkan Yoga pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

  • Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
  1. Dia itu antik. (kalimat tunggal 1)
  2. Dia itu manis. (kalimat tunggal 2)
  3. Dia itu pintar. (kalimat tunggal 3)
  4. Dia itu cantik, manis dan pintar. (kalimat majemuk rapatan)

  • Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yaitu:

JenisKonjungsi
alatdengan, tanpa
caradengan, tanpa
kenyataanpadahal
pengakibatanmaka, sehingga
penjelasanbahwa
penyebabansebab, karena, oleh karena
perbandinganseperti, bagaikan, alih-alih
perlawanan (konsesif)walaupun, kendati(pun), biarpun
syaratjika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuanagar, supaya, biar

Contoh:
  1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
  2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  3. Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
  4. Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

  • Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh:

  1. Andi bermain dengan Budi. (kalimat tunggal 1)
  2. Anto belajar matematika di kamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
  3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  4. Andi bermain dengan Budi, dan Anto belajar matematika di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)



UNSUR-UNSUR KALIMAT

Suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain :

1. Predikat (P)

Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.

2. Subjek (S)

Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.

3. Objek (O)

Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.

4. Pelengkap (PEL)

Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.

5. Keterangan (K)

Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.

Pola Kalimat

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.

1. Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
  • Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
  • Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
  • Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
  • Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

2. Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
  • Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

5. Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

6. Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
  • Yoga / belajar / matematika / di kamar. = S / P / Pel. / K

8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

Referensi

Diksi atau Pilihan Kata

A. Pengertian Diksi atau Pilihan kata

Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
  • Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
  • Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
  • Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna. Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupkan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “‘ banyak buku.”

2. Makna Referensial dan Nonreferensial

Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial)

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.

5. Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa

7. Makna Kias dan Lugas

Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.


B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata

1. Makna Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Contoh :
  • Adik kecilku sangat suka menggigit jari
Makna konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Contoh :
  • Meskipun Johan belum berhasil, johan tidak gigit jari (gigit jari: kecewa)

2. Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya, yaitu :
Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya
Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
contoh :
  • Kata umum : melihat
  • Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton, memandang, menatap.

3. Kata abstrak dan kata konkret

Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah diserap panca-indra. Seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah acuan sebuah kata yang tidak mudah diserap panca-indra, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Contoh :
  • Di Jakarta muncul bangunan pencakar langit (kongkret)
  • Pembangunan gedung pada masa krisis ekonomi banyak terhenti. (abstrak)

4. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Contoh :
  • Orang tuanya sudah lama mati. (Kasar)
  • Orang tuanya sudah lama meninggal dunia. (Halus)

5. Kata Ilmiah dan kata popular

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:
  • Kata Ilmiah Kata populer
  • Analogi Kiasan
  • Final Akhir
  • Diskriminasi perbedaan perlakuan
  • Prediksi Ramalan
  • Kontradiksi Pertentangan
  • Format Ukuran
  • Anarki Kekacauan
  • Biodata biografi singkat
  • Bibliografi daftar pustaka


Referensi