Rabu, 16 Maret 2016

SmartPhone, Membuat Generasi Nunduk ?

Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti smartphone. Bagi beberapa orang, smartphone merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, smartphone hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA. Dengan kata lain, smartphone merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.

Kepemilikan telepon genggam di Indonesia tahun 2014 mencapai 281 juta unit. Jumlah ini fantastis karena kepemilikan telepon genggam melebihi jumlah penduduk di Indonesia. Saat itu, penduduk Indonesia berjumlah 251 juta orang. Dan dapat dipastikan lebih dari 10 persen orang Indonesia memiliki telepon genggam lebih dari satu. Setidaknya ada dua alasan orang memiliki telepon genggam. Pertama, benar-benar kebutuhan untuk berkomunikasi. Sedangkan alasan kedua adalah gaya hidup. Alasan pertama terkait dengan kebutuhan rasional untuk berkomunikasi melalui pesan singkat atau telepon. Sementara alasan kedua sudah memasukkan unsur emosional. Alasan orang memiliki telepon genggam, bahkan lebih dari satu, bukan hanya untuk berkomunikasi, melainkan juga meningkatkan eksistensi diri lewat media sosial dan meningkatkan status sosial.

Smartphone sudah pasti menjadi pilihan sebagai pelengkap untuk menjelajahi dunia maya. Smartphone merupakan alat fungsi praktis spesifik yang berbau teknologi. Simple, ringan, berukuran mini, praktis dan itu yang membius orang-orang harus memilikinya. Smartphone yang dikoneksikan internet mengajak setiap orang dengan cepat menjelajahi dunia, kapanpun dan dimanapun. Online sudah menjadi kebiasaan rutin bahkan sudah menjadi kebutuhan hidup individu setiap hari. Ingin mencari informasi, bahkan referensi, orang orang dengan gampang saja menggunakan smartphone pribadi. Lebih memudahkan dan lebih mengefisienkan waktu. Indonesia sebagai negara konsumsi terlebih pada teknologi terlihat sangat mengagungkan smartphone sebagai teman yang menguntungkan untuk berinteraksi di dunia maya. Sudah pasti situs-situs tertentu menjadi pilihan utama untuk disinggahi sebagai kegiatan rutin per hari. Seperti media sosial contohnya, facebook, instagram, youtube, twitter dan lain lain. Memang sangat memudahkan dalam mengakses informasi sebagai upaya memantau berita. Lain halnya bila mencari informasi dan referensi. Lihat saja di kalangan pelajar ataupun mahasiswa, dengan semakin mudahnya akses ke internet dapat dengan cepat mencari defenisi sesuai kebutuhan dari banyak sumber sumber yang disediakan oleh mesin pencari otomatis (googling), sehingga sesuatu dapat dengan mudah didapatkan hanya dengan mencari referensi lewat smartphone.
Kebutuhan berkomunikasi di era digital seperti sekarang ini sangat tinggi. Sekarang ini banyak sekali kita lihat disekitar, kita dapat dengan mudah menemukan orang orang sibuk dengan smartphonenya masing masing. Mereka seperti dirantai oleh smartphone mereka sendiri, mereka yang selalu memandang ke arah smartphone dan asyik sendiri memainkan smartphone mereka. Hal ini merupakan suatu fenomena yang terjadi di sekitar kita. 

Apakah anda tahu rata rataan penggunaan smartphone ?
Studi terhadap 2.000 pengguna smartphone mengungkapkan, rata-rata dari mereka mulai menggunakan ponselnya sejak pukul 07:31 pagi. Aktivitas yang dilakukan kebanyakan memeriksa email dan Facebook. Sementara di malam harinya, kebanyakan memeriksa ramalan cuaca, membaca berita dan mengirim pesan teks sebelum tidur.Smartphone juga banyak dimanfaatkan untuk melakukan mobile banking serta mengecek jadwal kereta api dan rata-rata dilakukan pada siang hari. Banyak pula yang menggunakannya untuk update akun Instagram.
Jika diakumulasi, dalam satu minggu rata-rata orang bisa menggunakan smartphone-nya lebih dari 1.500 kali (214 kali sehari) untuk melakukan berbagai aktivitas di dunia maya. Mulai dari membaca email, pesan teks, chat online, bermain game sampai posting di sosial media. Studi yang dilakukan oleh agensi pemasaran Tecmark itu juga mengungkapkan, dalam sehari, rata-rata orang menggunakan ponsel mereka selama 3 jam 16 menit.
Pengaruh smartphone di kehidupan orang tidak sampai di situ. Seperti dikutip dari Daily Mail, empat dari 10 pengguna mengaku merasa kehilangan tanpa memegang gadget mereka. Ponsel juga membuat orang bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Empat dari 10 orang mengatakan, dalam suatu waktu, mereka mengecek email atau Facebook secara otomatis tanpa memikirkan dulu, apa yang ingin dia cari atau lihat.
Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa smartphone memang sudah menjadi bagian penting dalam gaya hidup seseorang. Survei yang diprakarsai Kleiner Perkins Caufield & Byer's dalam laporan tahunannya Internet Trends menunjukkan, orang mengecek smartphone mereka hingga 150 kali sehari. Seperti dikutip dari ABC News, rata-rata orang mengirim pesan teks sebanyak 23 kali sehari, 22 kali menelepon dan 18 kali untuk memanfaatkan waktu luang.

Dari fakta diatas, Penulis melihat, ada kecanduan terhadap smartphone sehingga mereka seperti tidak bisa lepas dari smartphone mereka itu. Apakah hal tersebut membuat dampak buruk terhadap perilaku mereka ? Penulis berpendapat, banyak sekali dampak yang mempengaruhi pola perilaku mereka sehingga berdampak buruk terhadap kehidupannya akibat kecanduan smartphone. Salah satunya adalah antisosial dan penyendiri. Seseorang menjadi acuh dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya, bahkan terbilang cuek atau masa bodo. Dampak yang diakibatkan ini merupakan perubahan pola perilaku mereka karena seringnya bermain dengan smartphone. Terlalu sering bermain smartphone membuat seseorang jadi terlalu asyik dengan kehidupan di dunia maya sehingga tanpa disadari mundur dari kehidupan sosial yang sesungguhnya. Mereka terlalu pasif dalam menanggapi sesuatu disekitar mereka. Mulai Acuh apa yang terjadi didekat mereka, dan semakin jauh dari kehidupan sosial 

Lalu apa yang dimaksud Generasi Nunduk ?
Generasi nunduk adalah sebutan untuk orang orang yang terlalu addicted atau kecanduan terhadap smartphone. mereka selalu menunduk saat memainkan smartphone nya entah saat berkumpul dengan teman, sedang berjalan, bahkan sedang bekerja atau belajar. Ini merupakan salah satu hal yang sekarang ini kita dapat temui karena banyaknya orang yang sibuk dengan smartphonenya, entah itu untuk media sosial, browsing sesuatu atau hanya sekedar bermain game. Smartphone adalah ponsel canggih yang harusnya digunakan untuk menunjang produktivitas serta kreativitas, jangan hanya digunakan untuk sekedar bermain main media sosial atau game tetapi dimanfaatkan ke hal hal yang lebih berguna. Teknologi semakin canggih setiap waktu, dan kita para pengguna tidak boleh diperbudak oleh teknologi itu sendiri. Generasi nunduk sudah mulai terlihat dikalangan remaja indonesia, sudah banyak yang menjadi generasi nunduk di negara ini. Seseorang yang seperti ini yang selalu terikat dengan media sosial, apa yang sedang terjadi atau apa yang akan dilakukan, mereka akan upload ke media sosial. Hal tersebut merupakan salah satu ciri kecanduan smartphone, bahkan jika satu hari mereka tanpa smartphone saja seperti ada sesuatu yang kehilangan didalam dirinya (lihat fakta diatas). 

Ciri-ciri seseorang kecanduan gadget antara lain: bermain gadget melebihi 6 jam sehari, marah besar (ngamuk) bila HP nya dipinjam atau diminta orangtua, enggan bersosialisasi, kegiatan rutin terganggu (misal malas makan dan mandi), lalai mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, pola tidur terganggu (sering tidur larut malam, sehingga bangun kesiangan). Tentu banyak implikasi lain dari kecanduan tersebut, dan bisa berakibat fatal, misal terlambat masuk kerja, orang menjadi tidak produktif atau buang-buang waktu, komunikasi buruk dengan orang tua atau keluarga, jadwal ibadah (sholat) terganggu dan gangguan kesehatan (mata, kepala bungkuk). 
Mereka yang kecanduan gadget umumnya karena terjerat dan terikat dalam komunikasi media sosial (medsos), seperti Facebook, Twitter, Path, atau Instagram. Pertemanan maya itu membuat ikatan sedemikian kuat melebihi teman dunia nyata. Mereka menganggap teman medsos adalah segala-galanya. Yang bukan teman medsos dianggap “orang lain”. Medsos benar-benar menjerat dan membius, seperti perilaku berikut : 1). bangun tidur atau mau tidur langsung update status, 2). mengakses medsos setiap ada waktu senggang, atau saat pekerjaan menumpuk, 3). mengakses medsos untuk curhat, seperti marah, galau, dan jatuh cinta, 4). lebih penting menulis status saat merasa sakit di bandingkan pergi ke dokter, 5). mencari cari sinyal wifi bahkan ketika berada di acara- acara formal.

Keasyikan remaja dengan smartphone ini menjadikan dirinya antisosial tanpa disadari oleh mereka. Baginya, pertemanan, kebersamaan, dan komunitas hanya ada di dunia maya. Bukan di dunia nyata. Karena di dunia maya dia bisa terhubung dengan teman tanpa dibatasi waktu dan tempat. Bisa punya banyak friend list dan follower. Padahal sejatinya, dunia maya itu semu. Dari sekian banyak friend list dan follower, yang kenal kita juga sebaliknya mungkin cuma sedikit saja. Saat kita curhat di media sosial, kita tidak tahu apa ada yang peduli. Karena teman mereka yang lain juga pada curhat termasuk dirinya. Timeline penuh dengan status galau dan cengeng. Bahkan di dunia maya setiap orang bebas berbohong ria tentang kehidupan dan aktivitasnya. Nama akun, avatar, status, dan foto yang di upload tak menjamin originalitasnya atau keasliannya. Kita berbagi suka cuman dapat like dan jempolnya. Bukan ekpresi dari hati layaknya teman sejati. 

Generasi nunduk makin menjamur di lingkungan sekitar. Sendirian di tengah keramaian. Waktu senggang dihabiskan untuk chatting online atau update status di media sosial. Sebagai contoh, suasana angkutan umum yang penuh sesak serasa sepi seperti kuburan. Hening karena masing masing sibuk dengan smartphonenya. tidak peduli dengan apa yang ada disampingnya. jika tidak tahu jalan atau tersesat, mereka lebih memilih tanya ke Google Maps, cari info di waze, atau update status di facebook atau twitter meskipun di sekitarnya banyak orang yang bisa ditanya. Tetapi tetap acuh (cuek) saja seperti hidup sendiri. Tanpa disadari, generasi nunduk ini kehilangan kemampuan hidup bersama dan juga mungkin alergi dengan kegiatan silaturahmi. Cari tahu kabar temannya yang menghilang atau sudah lama loss contact, cukup mention di media social. Tidak perlu menelpon, kirim sms saja mikir panjang takut kalau pulsanya habis. Apalagi berkunjung ke rumahnya. Pikirnya, nanti dia juga bakal balas mention. Cukuplah smartphone sebagai alat komunikasi. Bukan malah menghambat kita untuk bersilaturahmi. Jadikan smartphone sebagai mediator kita berinteraksi dengan dunia maya. Tapi jangan sampai membunuh produktivitas kita di dunia nyata. Smartphone emang bisa mendukung kegiatan. Tapi berintraksi langsung dengan orang, jauh lebih baik dan berkah. Biar kita tahu reaksi bahasa tubuh, mimik wajah atau emosi lawan bicara yang mengajarkan kita cara hidup bersama dengan sesama manusia. Bukan dengan mesin yang ditunjukkan icon smiley atau emoticon. 

Bagaimana solusi mengurangi kecanduan smartphone ?
Solusi mengurangi kecanduan smartphone adalah dengan : 1). Bersosialisasilah secara langsung kepada keluarga, teman, sahabat atau kerabat. Berbicara dan bercerita tanpa harus dekat ataupun memegang smartphone adalah suatu yang menyenangkan. 2). Membatasi waktu mengakses smartphone, yaa dengan membatasi waktu penggunaan smartphone kita lebih mudah fokus melakukan hal hal yang belum terselesaikan, misalnya menyelesaikan tugas kuliah. 3). Mencari kesibukan yang positif, Mulai lah tidak bergantung kepada smartphone anda, pergi keluar dan jalani kesenangan (hobi) yang positif tanpa harus berhubungan dengan smartphone.

Sejatinya smartphone dapat mendekatkan yang jauh, tetapi juga bisa menjauhkan yang dekat. 

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar