Minggu, 13 Maret 2016

PSSI Dibekukan

Sepakbola adalah olahraga yang paling digemari di dunia, tak terkecuali Indonesia. Bahkan sepakbola adalah olahraga terpopuler di dunia. Olahraga yang satu ini memiliki peminat nyaris sebagian besar penduduk yang ada di bumi. Dilihat dari banyaknya atlet, fans fanatik hingga orang yang sekedar gemar menonton pertandingannya saja. Dan bahkan kini tidak hanya identik dengan pria saja, Penggemar sepak bola berasal dari berbagai kalangan entah itu tua, muda, anak kecil, orang dewasa, lelaki, perempuan, kaya dan miskin semuanya suka dan antusias jika berbicara sepakbola. Demam sepakbola ini akan semakin menggila ketika Piala Dunia digelar setiap 4 tahun sekali. Seolah seluruh dunia ikut berpesta merayakan digelarnya turnamen terakbar pada cabang olahraga tersebut. 

Berbicara tentang sepakbola, penulis akan sedikit membahas bagaimana perkembangan sepakbola yang ada di Indonesia.
Persepakbolaan Indonesia belum mengalami perkembangan sampai pada saat ini, atau bisa dibilang jalan ditempat. Sekarang ini, federasi tertinggi pada cabang olahraga sepakbola Indonesia, yaitu PSSI telah dibekukan. Pembekuan dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui suratnya bernomor 0137 tahun 2015 dan ditandatangani Menteri Imam Nahrawi tertanggal 17 April 2015. Pembekuan ini berawal dari rencana PSSI menggelar kompetisi ISL 2015 pada pertengahan Februari 2015. Namun, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) merekomendasikan agar PSSI menunda kick off ISL. Karena ada sejumlah klub yang tidak memenuhi syarat administrasi. Akhirnya PSSI sepakat untuk menunda kick off ISL. Dan diputuskan liga sepak bola terbesar di Indonesia itu akan digelar pada 4 April 2015. Namun, kisruh tak selesai sampai di situ. BOPI masih akan tetap merestui liga berjalan, asalkan Arema dan Persebaya tak diikutsertakan. Namun, PSSI tidak setuju. Mereka tetap menggelar kompetisi pada 4 April dengan mengikutsertakan Arema dan Persebaya. BOPI pun kemudian melayangkan surat teguran dan meminta agar liga dihentikan. Kisruh ini pun sempat membuat Liga Indonesia (QNB League) dihentikan sementara. Liga akan dimulai lagi setelah Kongres PSSI digelar. Namun, sebelum PSSI selesai menggelar kongres, Menpora mengeluarkan surat keputusan yaitu Dibekukannya PSSI, sedangkan kongres PSSI pun menelurkan hasil memilih La Nyalla Mattaliti sebagai ketua umum. 



Menpora Imam Nahrawi menyatakan akan segera mengumumkan Tim Transisi PSSI. Tepat pada tanggal 8 Mei 2015, Tim transisi terbentuk dengan beranggotakan 17 orang dari berbagai kalangan. Tujuan Menpora membentuk tim transisi ialah agar kompetisi Liga Indonesia tetap bergulir. Dengan harapan, tim transisi bisa bekerja lebih baik dari PSSI. tetapi hal tersebut tidak berjalan dengan baik.

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tertanggal 30 Mei 2015. FIFA menilai pemerintah Indonesia melakukan pelanggaran dan hukuman baru akan dicabut apabila intervensi tidak lagi dilakukan. Ini berarti persepakbolaan Indonesia tidak dapat digelar secara resmi dan sanksi pun dijatuhkan kepada Timnas Indonesia, dimana sanksi berupa larangan bertanding bagi klub atau Timnas Indonesia di bawah kalender AFC dan FIFA jelas berimbas langsung pada pemain. Timnas dilarang mengikuti turnamen yang harusnya dapat diikuti oleh Timnas Indonesia. Tidak disebutkan berapa lama hukuman itu diberlakukan, namun dinyatakan sampai bisa memenuhi persyaratan yang diajukan FIFA. FIFA baru akan mencabut sanksi apabila federasi kembali dikendalikan oleh pengurus tanpa campur tangan pihak ketiga, termasuk pemerintah.



Pembekuan PSSI oleh FIFA dikhawatirkan mempengaruhi hajat hidup banyak pemain yang menggantungkan nasibnya dari sepak bola. Sudah hampir satu tahun, sanksi ini masih tetap tegak berdiri menusuk persepakbolaan Indonesia. Sekarang hanya ada turnamen turnamen yang bersifat sementara guna mengisi kekosongan akan kompetisi yang ada di Indonesia. Masyarakat hanya ingin menonton dan mendukung tim kesayangannya bertanding. Mungkin turnamen tersebut dapat mengobati sedikit rasa rindu akan adanya pertandingan sepakbola di Indonesia. 


Pembekuan PSSI ini mungkin adalah momentum guna membuat sepakbola Indonesia lebih hebat lagi. Masyarakat sangat ingin sepakbola Indonesia lebih baik lagi, mungkin dengan adanya pembekuan ini terjadi revolusi akan persepakbolaan Indonesia serta federasinya. Indonesia bukanlah satu satunya negara yang pernah dibanned FIFA, beberapa negara lainnya juga pernah di banned FIFA bahkan mengalami perkembangan yang pesat. Semoga dengan adanya pembekuan ini, PSSI dan sepakbola Indonesia menjadi professional dalam menjalankan tugasnya, tidak ada lagi gaji yang menunggak, tidak ada lagi permasalahan kepemilikan klub, dan tidak ada lagi masalah yang menyangkut perangkat pertandingan, seperti wasit harus professional (berlisensi FIFA) serta tidak ada lagi match fixing atau pengaturan skor dalam pertandingan.

Pembekuan PSSI ini memang menimbulkan beberapa dampak pada sepakbola Indonesia. Penulis menyimpulkan ada 6 dampak yang terjadi karena matinya persepakbolaan Indonesia yaitu :
  • Ranking Indonesia merosot jauh
Sebagai supporter dan masyarakat Indonesia yang menyukai sepakbola, penulis merasa prihatin akan anjloknya ranking Indonesia dalam peringkat FIFA. Dua bulan sebelum dijatuhkannya sanksi, Indonesia berada di posisi 156. Dan sekarang, tepat pada saat penulis membuat bahasan ini, peringkat Indonesia merosot jauh di angka 178. Sungguh prihatin jika melihat peringkat FIFA pada saat ini.

  • Pelatih, pemain dan klub tidak memiliki pemasukan (pendapatan)
Dampak ini adalah dampak langsung yang terjadi pada orang orang yang terlibat didalamnya. Pelatih, pemain bahkan klub tidak memiliki pendapatan guna mencukupi kebutuhannya. pelatih dan pemain tidak mendapat gaji yang semestinya (tetap) sedangkan klub tidak ada pemasukan dari sponsor karena sponsor mulai berpikir untuk cabut.

  • Sponsor mulai mengundurkan diri
Dengan tidak adanya kompetisi, nama nama sponsor yang melekat di setiap kostum klub sedikit demi sedikit mulai cabut. Ancaman kerugian semakin nyata membayangi, terlebih pendapatan dari kerjasama pihak sponsor juga terancam batal.

  • klub mengalami kerugian besar
Klub mengalami kerugian besar karena tidak adanya pendapatan yang nyata akibat tidak adanya kompetisi. Bukan hanya pendapatan, tetapi klub tidak dapat mengikuti kompetisi besar seperti AFC Champions League. Imbasnya, jatah klub Indonesia diambil oleh negara lain dan klub tidak bisa mewakili Indonesia dipentas AFC Champions League.

  • Adu kekuatan antar PSSI melawan pemerintah
Dampak ini sangat terlihat, konflik yang terjadi antara PSSI dan pemerintah sudah melebihi batas, mereka saling melontarkan argumen, teguh terhadap pendirian masing masing. Sampai sampai PSSI menggugat Kemenpora ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait surat keputusan Menpora tentang pembekuan PSSI. Dan sampai sekarang, konflik diantara mereka belum dapat terselesaikan.

  • Semakin banyak masyarakat yang menuntut digelarnya kompetisi sepakbola
Penulis merupakan salah satu orang dari sekian banyak masyarakat yang ingin melihat sepakbola Indonesia kembali digelar. Masyarakat sangat menyukai sepakbola, baginya sepakbola merupakan hiburan yang tiada duanya. bersorak sorai mendukung tim berlaga merupakan kesenangan tersendiri. Kami masyarakat Indonesia rindu hal tersebut.

Penulis banyak mendengar komentar dan tanggapan dari teman sekitar akan konflik yang terjadi pada sepakbola Indonesia, disatu sisi mereka mendukung pemerintah dalam membekukan PSSI tetapi disisi lain mendukung PSSI yang menyalahkan pemerintah karena diberhentikannya liga. Sementara PSSI berpendapat bahwa PSSI itu adalah bawahan FIFA bukan pemerintah jadi pemerintah tidak berhak membekukan PSSI. Banyak sekali komentar yang ditemui di sekitar kita tentang pembekuan PSSI ini. Netizen atau pengguna internet, khususnya jejaring sosial, ramai menyuarakan aspirasinya soal pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga. Hasilnya, PSSI jadi trending topic di Twitter meski baru beberapa jam diumumkan induk sepak bola Indonesia itu resmi dibekukan. Beragam komentar lebih banyak terlihat mendukung keputusan pemerintah membekukan organisasi tersebut, tetapi tidak sedikit juga yang mengecam tindakan pemerintah yang membekukan PSSI tanpa melihat akibatnya pada persepakbolaan Indonesia.


Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Imam Nahrawi, akhirnya membeberkan syarat apa saja yang mesti dipenuhi agar pencabutan pembekuan PSSI bisa dilakukan.

Berikut sembilan syarat Kemenpora untuk pencabutan pembekuan PSSI:

  1. Menjamin eksistensi atau kehadiran pemerintah dalam tata kelola persepakbolaan nasional yang dilakukan oleh PSSI melalui pengawasan dan pengendalian yang ketat oleh pemerintah. 
  2. Menjamin adanya sistem pelaporan dan pertanggungjawaban PSSI kepada AFC dan FIFA, bahwa keterlibatan pemerintah dalam perbaikan tata kelola sepakbola nasional di PSSI merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dan bukan sebagai bentuk intervensi pemerintah. 
  3. Mengedepankan ketaatan terhadap sistem hukum nasional. 
  4. PSSI berkomitmen secara konsisten terhadap perbaikan tata kelola sepakbola untuk kepentingan peningkatan prestasi olahraga sepakbola nasional. 
  5. Menjamin adanya keterbukaan informasi publik yang akuntabel dalam bentuk pelaporan atau publikasi. 
  6. Menjamin terselenggaranya pola pembinaan yang berkelanjutan dan kompetisi yang profesional, berkualitas, serta transparan.
  7. Menjamin tidak adanya pengaturan skor dan pola kartel dalam pengelolaan persepakbolaan nasional serta pemenuhan jaminan perlindungan bagi pelaku olahraga profesional. 
  8. Menjamin bagi tercapainya prestasi tim nasional sebagai juara satu dalam event : 1) Piala AFF tahun 2016; 2) SEA Games tahun 2017 ; 3) Lolos Kualifikasi Piala Dunia tahun 2018; dan 4) Asian Games XVIII tahun 2018;
  9. Mempercepat diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) sesuai yang diharapkan pemerintah dengan tetap memperhatikan Statuta FIFA paling lambat harus dilaksanakan akhir bulan April 2016.



Sampai sekarang, konflik ini masih berlanjut. Bukan tidak mungkin permasalahan sepakbola Indonesia bisa selesai lebih cepat, kedua pihak (PSSI dan Pemerintah) harus saling terbuka akan permasalahan nyata yang terjadi di pesepakbolaan Indonesia ini. Penulis berpendapat bahwa revolusi harus dilakukan, sepakbola Indonesia selama ini belum memiliki prestasi yang mengagumkan. Banyak dari masyarakat yang setuju bahwa sebenarnya pemain Indonesia memiliki kualitas yang cukup baik untuk bisa bersaing meskipun hanya dilevel ASIA. Tetapi kenyataannya, tidak demikian. Justru di level ASEAN saja Indonesia selalu menjadi kuda hitam bukan menjadi favorit atau unggulan untuk menjadi juara. Perubahan adalah hal yang mutlak untuk kejayaan sepakbola Indonesia, tetapi jangan sampai terlarut lama sanksi ini di tancapkan. Memang harus ada revolusi dan hasil yang nyata akibat sanksi ini. Harus ada perubahan yang terlihat bila nanti sanksi telah dicabut. Pemerintah dan federasi harus sama sama saling mendukung dan memikul peran yang penting untuk membawa nama Indonesia lebih baik lagi. Federasi harus bersikap profesional dalam menjalankan kredibilitasnya, tidak ada lagi permasalahan internal dalam tubuh PSSI. Semua harus bersih dan berjanji untuk memantapkan jalan dalam mencapai tujuan PSSI. Sedangkan pemerintah harus mengikuti dan mengawasi jalannya cabang olahraga sepakbola ini. Masyarakat rindu melihat Timnas bermain, merasakan euforia kemenangan Timnas Indonesia, masyarakat rindu melihat klub kesayangannya bertanding tiap pekan, masyarakat rindu itu semua. Masyarakat selalu mendukung apa yang terbaik untuk persepakbolaan Indonesia, begitulah realita yang penulis lihat disekitar, akan inginnya sepakbola Indonesia kembali normal. Masyarakat dan para pelaku industri sepakbola sudah lelah menunggu kapan konflik ini akan selesai, yang mereka mau adalah jalan kan kompetisi dan buat Indonesia maju dan jadi yang terbaik.


Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar